Newsletter

Shutdown Amerika: Bencana di Washington, Berkah di Jakarta?

Susi Setiawati, Srealm Indonesia
02 October 2025 06:04
ilustrasi trading
Foto: Pixabay
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG melemah sementara rupiah menguat
  • Wall Street kompak menguat di tengah shutdown pemerintah AS
  • Shutdown AS, data inflasi hingga kebijakan pemerintah akan menggerakkan pasar hari ini

Jakarta, Srealm Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air lagi-lagi tak berjalan senada. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah, sementara rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat dan telah mencatatkan penguatan selama empat hari beruntun.

Diperkirakan IHSG akan cenderung melemah di sisa hari-hari terakhir akhir pekan, sementara rupiah berpeluang kembali menguat usai resminya penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang mendorong pelemahan dolar AS.

Masih terdapat beberapa rilis data ekonomi yang dapat mendorong volatilitas perdagangan. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (1/9/2025) ditutup melemah 0,21% di level 8.043,82. IHSG sudah melemah selama dua hari beruntun.

Sebanyak 300 saham naik, 400 saham turun, dan 257 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 23,78 triliun, yang melibatkan 57,9 miliar saham dalam 2,8 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, utilitas dan finansial menjadi pemberat indeks. Masing-masing sektor tersebut turun -1,74% dan -1,42%.

Hal tersebut seiring dengan saham-saham bank jumbo yang menjadi pemberat. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang turun 2,31% membebani IHSG sebesar -14,9 indeks poin, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) -8,96 indeks poin, dan BBNI -1,79 indeks poin.

Lalu saham-saham energi dan tambang juga menyeret indeks ke zona merah. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang turun 3,81% menyumbang -8,66 indeks poin, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) membebani 8,57 indeks poin, dan Dian Swastika Sentosa (DSSA) -2,7 indeks poin.

Sementara itu, saham-saham yang tampil ciamik dan menjadi penopang IHSG adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) naik 24,7% ke Rp1.565, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) naik 3,8% ke Rp284.050, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) naik 11,31% ke Rp935, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 18,01% ke Rp950, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 8,05% ke Rp161.

Adapun sepanjang bulan lalu IHSG menguat 2,94%. Indeks ditutup pada rentang 7.628,61 - 8.126,56.

Reli pada September didorong oleh pemangkasan suku bunga BI menjadi 4,75% dan gebrakan baru dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Di antaranya pemberian likuiditas terhadap bank Himbara hingga tidak adanya kenaikan tarif cukai tembakau (CHT) untuk 2026.

IHSG juga didorong oleh tingginya transaksi harian yang mencapai di atas Rp30 triliun hingga Rp69 triliun, yang terjadi sepanjang Agustus hingga September 2025.

Pada bulan ini, IHSG diperkirakan akan kembali melanjutkan reli. Hal ini didorong oleh banyak sentimen positif yang akan mulai berjalan di periode ini.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus level di atas 5,5% pada kuartal IV-2025.

Penyebabnya, pemerintah tengah fokus melakukan ekspansi fiskal dengan menggelontorkan dana menganggur pemerintah, memberikan stimulus ekonomi, hingga dukungan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter longgar.

Purbaya bilang berbagai kebijakan itu baru akan mulai berefek pada akhir tahun karena pada kuartal III-2025 masih banyak permasalahan yang membuat tekanan ekonomi. Mulai dari demonstrasi hingga tekanan kurs.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (1/10/2025) kembali menguat ke posisi Rp16.600/US$ atau terapresiasi 0,36%. Penguatan ini menjadi penguatan rupiah terhadap dolar AS selama empat hari beruntun.

Penguatan rupiah pada perdagangan kemarin, sangat dipengaruhi oleh pelemahan indeks dolar AS dan rilis data inflasi dalam negeri.

DXY kembali melanjutkan penurunan dalam empat hari beruntun, setelah pemerintah AS resmi shutdown untuk pertama kali sejak 2018, akibat dari kebuntuan antara pemerintah dengan oposisi partai Demokrat dalam menyepakati pendanaan.

Kondisi ini memicu kekhawatiran pelaku pasar seiring dengan sejumlah layanan publik yang berisiko akan tidak beroperasi, termasuk rilis laporan ketenagakerjaan bulanan yang sangat ditunggu investor. Dengan ketidakpastian ini, pelaku pasar kini lebih banyak mengandalkan data ketenagakerjaan versi swasta, seperti laporan ADP, sebagai acuan.

Hal ini membuat volatilitas pada dolar AS meningkat dengan kecenderungan terjadinya koreksi.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi September 2025 sebesar 0,21% (mtm), berbalik dari deflasi 0,08% pada Agustus.

Tekanan harga terutama datang dari kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,38%, didorong oleh kenaikan harga cabai merah dan daging ayam ras yang masing-masing memberi andil inflasi 0,13%.

Secara keseluruhan tekanan inflasi dari tahun ke tahun pada September 2025 mencapai 2,65% (yoy) dengan inflasi tahun kalender 1,82%.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (1/10/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun 0,10% di level 6,23%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS),bursa Wall Street melanjutkan tren positif dengan kompak menguat pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Indeks S&P 500 ditutup pada level tertinggi sepanjang masa karena investor berharap bahwa shutdown pemerintah federal AS akan bersifat singkat dan kemungkinan memiliki dampak minimal terhadap ekonomi.

Indeks S&P naik 0,34% menjadi ditutup di 6.711,20. Sebelumnya, indeks ini sempat mencapai rekor intraday baru. Nasdaq Composite menguat 0,42% menjadi 22.755,16, sementara Dow Jones Industrial Average meningkat 43,21 poin atau 0,09% menjadi 46.441,10.

Pergerakan S&P merupakan perubahan yang signifikan. Pada titik terendah hari itu, S&P 500 turun 0,5%. Kenaikan indeks dipimpin oleh saham sektor kesehatan, dengan lonjakan besar pada Regeneron Pharmaceuticals dan Moderna. Pasar datang setelah bulan yang gemilang, di mana S&P 500 naik lebih dari 3,5%.

Pemerintah AS mengalami shutdown setelah upaya yang dilakukan Senat yang dikontrol Partai Republik untuk mengamankan RUU pengeluaran sementara gagal pada Selasa.

Partai Demokrat berharap menggunakan langkah ini untuk menetapkan perpanjangan kredit pajak kesehatan bagi jutaan warga Amerika.

"Pasar tampaknya tidak terlalu khawatir. Para pembeli oportunis harus bersabar. Momentum tetap positif." kata Louis Navellier, pendiri Navellier & Associates, kepada Srealm International.

Pasar saham biasanya bisa melewati shutdown pemerintah sebelumnya dengan lancar, tetapi kali ini risikonya lebih tinggi mengingat banyak faktor ekonomi yang sedang berperan.

Investor tetap khawatir mengenai perlambatan pasar tenaga kerja dan risiko inflasi, serta valuasi saham yang historis tinggi dan konsentrasi pasar yang tinggi.

Kantor Anggaran Kongres nonpartisan memperkirakan pada Selasa bahwa shutdown akan mengakibatkan cuti sekitar 750.000 pegawai federal. Trump pernah mengancam pemecatan massal permanen terhadap pekerja federal selama shutdown, menambah risiko ekonomi baru pada penghentian ini.

Meskipun Wakil Presiden JD Vance mengungkapkan pada konferensi pers di Gedung Putih Rabu bahwa administrasi Trump memang harus memberhentikan beberapa orang jika shutdown berlanjut.

Dia menambahkan bahwa keputusan final mengenai PHK belum diambil.

Vance juga menyatakan bahwa ia tidak percaya shutdown ini akan berlangsung terlalu lama serta menambahkan bahwa ada beberapa indikasi bahwa Demokrat moderat mulai goyah sedikit.

Kali ini, pasar kemungkinan akan fokus pada lamanya shutdown karena penutupan yang berkepanjangan dapat menunda data ekonomi penting menjelang pertemuan Federal Reserve akhir Oktober.

Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Jumat bahwa mereka akan menutup hampir seluruh aktivitas, yang berarti laporan nonfarm payroll September tidak akan dirilis pada akhir minggu.

Data yang dirilis Rabu dari perusahaan pemrosesan ADP menunjukkan bahwa payroll sektor swasta turun 32.000 bulan lalu, jauh di bawah perkiraan kenaikan 45.000 yang diprediksi oleh ekonom yang disurvei Dow Jones. Angka ini, yang menandai penurunan terbesar sejak Maret 2023, menjadi lebih penting karena saat ini terjadi "blackout" data ekonomi akibat shutdown.

Investor memperkirakan pemotongan suku bunga kedua tahun ini akhir bulan ini dan penurunan tambahan pada Desember.

Data ADP Rabu pagi serta konsekuensi dari shutdown kemungkinan menjaga langkah The Fed tetap pada jalur pemotongan suku bunga Oktober.

"Latar belakang shutdown kali ini jauh berbeda dibandingkan shutdown 2018, yang merupakan yang terpanjang dalam sejarah," kata Jay Woods, kepala strategi pasar untuk Freedom Capital Markets.

Pasar keuangan diperkirakan akan kembali volatile, IHSG diperkirakan akan rebound usai dua hari melemah.

Sementara itu, rupiah diperkirakan akan kembali menguat. Banyaknya kabar positif baik dari dalam dan luar negeri mampu mendorong investor asing kembali ke emerging market salah satunya Indonesia.

PMI RI Ekspansif Tapi Turun

Aktivitas manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansi di September meskipun sangat tipis

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Rabu (1/10/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 50,4 di September atau turun dibandingkan 51,5 pada Agustus 2025. Meski turun PMI masih berada di zona ekspansi selama dua bulan beruntun.

Sebelumnya, PMI sudah terkontraksi sebesar 46,7 di April, kemudian 47,4 di Mei, berlanjut di Juni (46,9), dan Juli (49,2).

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

PMI Manufaktur ada di zona ekspansi dengan ditopang oleh peningkatan pesanan baru.

Pesanan baru naik untuk bulan kedua berturut-turut pada September, meskipun ada penurunan kembali pada volume produksi setelah ekspansi yang solid di Agustus.

Pesanan baru terus tumbuh di akhir kuartal ketiga, meski lebih rendah dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini sebagian besar dikaitkan dengan permintaan pasar domestik yang lebih kuat.

Namun, penjualan untuk pasar ekspor kembali turun untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir akibat lemahnya permintaan luar negeri.

Akibatnya, produksi (output) turun kembali pada September, atau kelima kalinya dalam enam bulan terakhir, meski hanya sedikit. Penurunan ini dikaitkan dengan melemahnya daya beli pelanggan.

Kendati demikian ada semangat positif menjelang akhir tahun. Pembelian input meningkat untuk bulan kedua berturut-turut, seiring perusahaan bersiap menghadapi potensi kenaikan permintaan di akhir tahun.

Perusahaan juga meningkatkan persediaan barang mentah dan jadi untuk mengantisipasi kenaikan produksi maupun untuk melindungi dari potensi kenaikan harga bahan baku.

Terlebih, beban biaya naik ke level tertinggi dalam tujuh bulan.

Meski ada kenaikan pesanan domestik, rata-rata lead time (waktu tunggu pengiriman) input membaik, tercatat terpendek dalam hampir dua tahun berkat pengiriman langsung ke pabrikan.

Inflasi RI Naik

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kembali terjadinya tekanan inflasi pada September 2025 sebesar 0,21% dari bulan sebelumnya deflasi 0,08%.

Tekanan harga pada bulan itu utamanya disebabkan kenaikan harga untuk kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami tekanan inflasi 0,38% (mtm) dengan andil menjadi yang terbesar yakni 0,11%.

Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah cabai merah dan daging ayam ras yang beri andil inflasi masing-masing sebesar 0,13%.

Selain komoditas itu, tekanan inflasi juga disumbang oleh kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan tekanan harga sebesar 1,25% dan andilnya terhadap keseluruhan inflasi menjadi yang terbesar kedua 0,08%.

Komoditas yang juga beri andil inflasi adalah emas perhiasan dengan andil inflasi 0,08%, sigaret kretek mesin atau SKM, biaya kuliah, akademi perguruan tinggi, cabai hijau, dan sigaret kretek tangan.

Secara keseluruhan tekanan inflasi dari tahun ke tahun pada September 2025 mencapai 2,65% (yoy) dengan inflasi tahun kalender 1,82%.

Neraca Dagang RI Kembali Surplus

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 5,49 miliar pada Agustus 2025.

Surplus ini didapat dari ekspor sebesar US$ 24,96 miliar dan impor US$ 19,43 miliar. Posisi ekspor masih lebih tinggi dibandingkan impor pada Agustus 2025. Ini adalah surplus 64 bulan beruntun sejak tahun 2020.

Surplus US$ 5,49 miliar artinya neraca perdagangan Indonesia telah surplus 64 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus pada Agustus ini ditopang oleh surplus nonmigas US$ 7,15 miliar.

Sementara, konsensus yang dihimpun Srealm Indonesia memperkirakan neraca dagang Agustus 2025 masih akan mencatat surplus sebesar US$4,8 miliar di Agustus, naik dari periode Juli yang sebesar US$4,1 miliar

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia US$ 24,96 miliar pada Agustus 2025, atau naik 5,78% dibandingkan Agustus 2024. Nilai ekspor ini lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor bulan Juli 2025 sebesar US$ 24,75 miliar.

Dari total tersebut, nilai ekspor migas tercatat naik 6,68% menjadi US$ 23,9 miliar, terutama didorong oleh ekspor komoditas lemak dan minyak hewan nabati dengan andil 5,18%.

Selanjutnya ekspor non migas menurut sektor Agustus 2025 total US$ 23,89 miliar dirinci menurut sektor pertanian, kehutanan, perikanan dengan kontribusi US$ 0,60 miliar.

Adapun dari sisi impor, nilai impor Indonesia pada Agustus 2025 sebesar US$ 19,47 miliar, atau merosot hingga 6,56% dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 20,84 miliar.

Nilai impor migas sebesar US$ 2,73 miliar atau naik 3,17% secara tahunan. Sementara itu impor non migas US$ 16,74 miliar, mengalami penurunan secara tahunan.

BPS mencatat, penyebab merosotnya impor itu dipicu oleh anjloknya impor barang konsumsi sebesar 5,25% dari US$ 1,98 miliar menjadi US$ 1,88 miliar, dan bahan baku atau penolong turun 9,06% dari US$ 15,01 miliar menjadi US$ 13,65 miliar.

Sementara itu, khusus untuk impor barang modal menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan dari US$ 3,85 miliar pada Agustus 2024 menjadi US$ 3,95 miliar. Besaran kenaikannya mencapai 2,45% secara tahunan.

Nilai impor bahan baku penolong sebagai pendorong utama penurunan impor turun 9,06% dngan andil sebesar 6,52%.

Magang Digaji Rp3,3juta

Pemerintah akan mulai membuka program magang bergaji upah minimum provinsi pada 15 Oktober 2025. Perusahaan BUMN hingga swasta yang tergabung ke dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pun sudah siap menyerap tenaga magang fresh graduate, atau yang baru lulus kuliah maksimal setelah 1 tahun.

Program ini diharapkan bisa meningkatkan daya beli hingga mendongkrak ekonomi.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat mengadakan rapat dengan Holding BUMN, yakni Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, di Wisma Danantara, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

"Jadi perusahaan-perusahaan baik itu BUMN, perusahaan swasta yang tergabung dalam Kadin. Jadi yang program dari magang sudah siap dan kali ini perusahaan-perusahaan masuk di dalam sistem Siap Kerja," kata Airlangga.

Ia juga mengatakan, para peminat program magang bergaji UMP atau sekitar Rp 3,3 juta itu sudah mulai bisa mengikuti proses pendaftaran di sistem SIAPkerja ID.

Sistem ini akan dibuka untuk pendaftar pada tanggal 15 Oktober ya, dibuka mulai tanggal 15 Oktober.

Revisi UU P2SK

Semua fraksi partai dalam rapat Badan Legislasi (Baleg) telah menyetujui usulan Komisi XI dalam harmonisasi atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 4 Tahun 2023 Tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan atau RUU Tentang P2SK.

Selanjutnya, RUU P2SK tersebut dibawa pada sidang Paripurna yang akan digelar pada 2 Oktober 2025. Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun memastikan, independensi semua lembaga sistem keuangan yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Lembaga yang bertugas menjaga stabilitas sistem keuangan tersebut terdiri dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun mengatakan, terkait posisi independensi ketiga lembaga tersebut dalam RUU P2SK tidak ada perubahan. Bahkan, independensi LPS, BI, maupun OJK akan diperkuat dalam RUU tersebut.

Sebagai informasi, Wakil Ketua Baleg DPR RI sekaligus Ketua Panja Harmonisasi Pembulatan dan Pemantapan Konsepsi RUU tentang P2SK, Martin Manurung memaparkan sejumlah poin penting hasil Rapat Pleno pada 30 September 2025.

Shutdown Pemerintah AS, RI Bisa Untung?

Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mengalami government shutdown pada Rabu (1/10/2025) pukul 00:00 waktu setempat. Hal ini terjadi setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan pendanaan.
Kebuntuan politik antara pemerintahan yang dipimpin Donald Trump dari Partai Republik ini dengan oposisi dari Demokrat membuat anggaran sementara yang diajukan tidak dapat lolos.

Shutdown kali ini menjadi yang keempat selama Trump memimpin dalam dua periode dan yang pertama sejak 2018, dengan potensi menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada perekonomian AS.

Penutupan pemerintah AS ini bukan hanya akan berdampak bagi ratusan ribu pekerja pemerintahan di AS, tetapi juga akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan AS maupun global.


Jika melihat ke belakang, ketika pemerintah AS mengalami shutdown terakhir pada 2018, IHSG justru mengalami kenaikan selama periode 35 hari penutupan pemerintahan AS tersebut.

Pada 26 Desember 2018 IHSG berada di level 6.126,65 dan pada 25 Januari 2019 atau tepat ketika pemerintahan AS mulai dibuka, IHSG berada di level 6.474,15 atau terapresiasi hingga 5,67%.

Beralih ke nilai tukar, rupiah juga terpantau mengalami penguatan yang cukup signifikan selama periode penutupan pemerintah AS tersebut.

Selama 35 hari penutupan, rupiah yang awalnya berada di level Rp14.545/US$, berhasil mengalami penguatan ke level Rp14,160/US$ atau mengalami penguatan hingga 2,65% selama periode tersebut.

Perusahaan AS Pangkas Tenaga Kerja

Rilis data ADP Amerika menunjukkan perusahaan swasta di AS memangkas 32 ribu pekerjaan pada September 2025, setelah revisi kehilangan 3 ribu pekerjaan pada Agustus, berlawanan dengan perkiraan yang semula memperkirakan ada penambahan 50 ribu pekerjaan. Ini menjadi penurunan lapangan kerja paling tajam sejak Maret 2023 sekaligus pertama kalinya sejak 2020 sektor swasta memangkas pekerjaan selama dua bulan berturut-turut.

Penurunan ini sebagian mencerminkan adanya rekalibrasi dalam analisis data, yang memangkas jumlah pekerjaan September sebesar 43 ribu dibandingkan angka pra-benchmark. Namun tren dasarnya tetap sama: penciptaan lapangan kerja terus kehilangan momentum di sebagian besar sektor.

Data ADP menjadi lebih penting karena saat ini terjadi "blackout" data ekonomi akibat shutdown.

Data ini menguatkan keyakinan investor memperkirakan pemotongan suku bunga kedua tahun ini akhir bulan ini dan penurunan tambahan pada Desember.

OPEC Naikkan Produksi Minyak

Pada rapat OPEC Rabu (1/10/2025), Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC+) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk meningkatkan produksi minyak hingga 500.000 bph pada bulan November, tiga kali lipat dari peningkatan yang dicapai pada bulan Oktober, karena Arab Saudi berupaya merebut kembali pangsa pasar, menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut.

Namun, OPEC menulis dalam sebuah postingan di X bahwa laporan media tentang rencana untuk meningkatkan produksi sebesar 500.000 bph menyesatkan.

Sementara itu di AS, sebuah laporan industri menunjukkan stok minyak mentah AS turun sementara persediaan bensin dan sulingan naik pada pekan yang berakhir 26 September, menurut sumber pasar yang mengutip perkiraan American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Data aktivitas pabrik di Asia, kawasan konsumen minyak terbesar dunia, juga menambah kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar, karena aktivitas manufaktur berkontraksi di sebagian besar negara ekonomi utama pada bulan September.

Selain itu, rekor produksi minyak AS, beberapa kehati-hatian menjelang pertemuan OPEC+ akhir pekan ini, dan lingkungan penghindaran risiko akibat penutupan pemerintah AS juga berperan, ujar Giovanni Staunovo, seorang analis di UBS.

Pemerintah AS menutup sebagian besar operasinya pada hari Rabu karena perpecahan partisan yang mendalam mencegah Kongres dan Gedung Putih mencapai kesepakatan pendanaan - yang telah diperingatkan oleh badan-badan pemerintah akan menghentikan rilis laporan ketenagakerjaan bulan September yang diawasi ketat, antara lain.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

  • Presidential Inspection HUT ke-80 TNI di Komando Lintas Laut Militer, Tanjung Priok, Jakarta Utara

  • Rapat Paripurna DPR di ruang rapat Paripurna DPR, Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat. Agenda antara lain pengambilan keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang perubahan keempat atas UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Pendapat fraksi-fraksi atas RUU tentang perubahan UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK) usul inisiatif Komisi XI DPR RI dilanjutkan dengan pengambilan keputusan menjadi RUU Usul DPR.

  • Kementerian ESDM mengundang rekan media untuk hadir meliput Peluncuran Logo Baru BPH Migas yang dihadiri oleh Menteri ESDM di Aula Cenderawasih, Kantor BPH Migas, Jakarta Selatan

  • Konferensi pers bersama sebagai tindak lanjut penanggulangan KLB Program Prioritas Makan Bergizi Gratis di Ruang Naranta, Gedung Adhiyatma, kantor Kemenkes, Jakarta Selatan. Turut hadir antara lain Menteri Kesehatan, Kepala Badan Gizi Nasional, dan Menteri Pertanian

  • Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia menyelenggarakan seremoni Hari Penyatuan Jerman di Kedubes Jerman, Jakarta

  • Peluncuran Indonesia Health Insights Report 2025 dengan tema "Wellness Warriors in Silence: Realita, Tekanan, dan Harapan di Balik Peran Ibu dalam Kesehatan Keluarga" bertempat di Wyls Kitchen, Veranda Hotel Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

  •  Klaim Pengangguran Awal dan Berkelanjutan AS

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPS Rencana PT Indosat Tbk
  • Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim PT Victoria Care Indonesia Tbk
  • Tanggal cum Dividen Tunai Interim Astra Agro Lestari Tbk

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan Srealm Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Srealm INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular