Menyatu untuk Menyongsong Energi Hijau Berkelanjutan

Verda Nano Setiawan, Srealm Indonesia
22 October 2024 12:35
PLTA Jatigede di Jawa Barat.
Foto: PLTA Jatigede di Jawa Barat. (Srealm Indonesia/Verda Nano Setiawan)

Sumber Energi PLTA Jadi Andalan Pemerintah Kejar Target Energi Bersih

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyatakan bahwa potensi PLTA di Indonesia sangat besar. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi hingga 95 GW dari PLTA.

Namun, pemanfaatannya hingga kini masih kurang dari 10%. Fabby menjelaskan meskipun regulasi untuk mendukung pengembangan PLTA sudah cukup matang, yang saat ini diperlukan adalah mempercepat implementasinya dan penyederhanaan proses perizinan.

Ia menegaskan pentingnya percepatan pembangunan infrastruktur energi terbarukan guna mendukung pencapaian target NZE.

Menurut Fabby, dalam menghadapi tantangan penyediaan energi ramah lingkungan, pembangkit listrik yang stabil menjadi prioritas. Salah satunya sepertinya PLTA yang diakui memiliki tingkat kestabilan tinggi.

Fabby menilai PLTA memiliki keunggulan sebagai pembangkit listrik yang firm dan dispatchable. Artinya, mampu menyediakan daya yang stabil dan terus menerus hampir mirip dengan pembangkit listrik termal.

"Kalau kita lihat rencana pemerintah dan PLN, memang prioritas paling tidak sampai dengan 2035 itu akan besar sekali dibangun hidro dan panas bumi. Ya hidro khususnya. Karena hidro dan panas bumi mereka kan jenis pembangkit energi terbarukan yang firm dan dispatchable," ujarnya.

Ia lantas mencontohkan beberapa proyek PLTA yang sedang dibangun di Indonesia. Mulai dari Kalimantan Utara, di mana listrik yang dihasilkan akan digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi kawasan industri.

Kemudian potensi pengembangan PLTA di Mamberamo, Papua, yang berkapasitas hingga 10 GW, juga menjadi fokus. Setidaknya jika PLTA di Papua berhasil dikembangkan, bukan hanya Papua yang akan mendapatkan suplai listrik, tetapi juga wilayah lain.

Misalnya seperti di wilayah Maluku melalui jaringan listrik yang direncanakan dalam konsep "super grid" yang menghubungkan berbagai pulau di Indonesia.

"Tapi ini kan jangka panjang ya. Mungkin 15-20 tahun lah baru bisa terbangun ya kalau kita bangun. Tapi arahnya ke sana," ujar Fabby.

Jejak Sejarah Transisi Energi di Indonesia

Jejak transisi energi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang pemanfaatan sumber daya air sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

PLTA Bengkok menjadi bukti nyata akan hal itu, bagaimana inovasi teknologi dan energi terbarukan sudah hadir sejak 1923 di bumi pertiwi, terutama untuk memenuhi kebutuhan listrik perusahaan Belanda saat itu.

Pipa besi tua besar berwarna kuning di PLTA Bengkok masih terlihat kokoh, seperti menantang waktu yang telah berlalu selama lebih dari satu abad.

Pipa-pipa besar itu menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang PLTA Bengkok, yang hingga hari ini masih setia menghasilkan energi listrik untuk wilayah Bandung dan sekitarnya.

Suara gemuruh mesin tua buatan General Electric yang berwarna merah cukup terdengar dari kejauhan, seolah menceritakan kisah panjang dari masa lalu hingga kini. Terutama saat teknologi zaman dulu dan alam masih dapat berpadu menghasilkan energi bersih.

PLTA Bengkok dibangun oleh dua perusahaan asal Belanda, yaitu Lands Waterkracht Bedrijf Bandoeng en Elektriciteit dan Gemeenschappelijk Electrisch Bedrijf Bandoeng en Omstreken. Operasionalnya sendiri saat ini dijalankan oleh PLN melalui anak perusahaannya yakni PT PLN Indonesia Power.

Senior Manager PLN IP Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling, Doni Bakar menegaskan meskipun PLTA Bengkok masih menggunakan mesin dan peralatan asli sejak masa kolonial Belanda, operasionalnya tetap optimal. Hal ini berkat upaya pemeliharaan yang cermat melalui penerapan manajemen aset yang efektif.

"Kita memetakan kondisi asetnya dan memeliharanya dengan pendekatan periodic maintenance, yang berbasis waktu. Selain itu, kita juga melakukan preventive maintenance melalui inspeksi rutin setiap hari," jelas Doni saat ditemui di PLTA Bengkok, Selasa (3/9/2024).

Selain inspeksi harian, PLTA Bengkok menjalani inspeksi umum setelah 24.000 hingga 30.000 jam operasi. Sementara itu, setiap 40.000 hingga 45.000 jam atau setiap 6-7 tahun, pembangkit ini menjalani overhaul total, di mana seluruh komponen diperiksa dan diperbaiki jika diperlukan.

Dengan langkah-langkah pemeliharaan yang ketat ini, PLTA Bengkok berhasil tetap prima, meskipun telah beroperasi selama lebih dari 100 tahun.

Doni juga menekankan bahwa biaya perawatan PLTA relatif lebih murah dibandingkan dengan pembangkit termal. Pembangkit termal memiliki putaran yang sangat tinggi sekitar 3.000 RPM, dan suhu yang panas.

Sementara di PLTA, putarannya hanya 750 RPM dengan temperatur yang dingin, sehingga biaya operasinya lebih rendah," tambahnya.

PLTA Bengkok memiliki empat unit pembangkit yang tersebar di dua lokasi. Di lokasi utama PLTA Bengkok, terdapat tiga unit pembangkit dengan kapasitas total 3 x 1.050 kilowatt (kW), sementara satu unit lainnya adalah PLTA Dago dengan kapasitas 700 kW.

Secara keseluruhan, pembangkit ini memiliki daya mampu pasok listrik bersih sebesar 3,85 Megawatt (MW), yang dihasilkan dari tiga turbin merek Escher Wyss di PLTA Bengkok dan satu turbin merk Strok & Co di PLTA Dago, didukung oleh generator merk General Electric (GE).

Keberlanjutan operasional PLTA Bengkok menunjukkan bahwa teknologi masa lalu masih mampu memberikan kontribusi nyata terhadap kebutuhan energi di Indonesia, terutama dalam hal pemanfaatan sumber daya lokal dan energi terbarukan.

PLTA Bengkok bukan hanya tentang listrik, tetapi juga sebuah museum hidup yang menyimpan jejak sejarah kelistrikan di Indonesia. Dari setiap mesin dan pipa yang beroperasi, hingga cerita-cerita yang bisa digali lebih dalam, PLTA Bengkok adalah bukti bahwa warisan sejarah dapat tetap hidup dan berfungsi, bahkan setelah satu abad berlalu.

(ven/wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular