
AI Bikin Harga Listrik Naik 4 Kali Lipat, Warga Ngamuk Susah Bayar

Jakarta, Srealm Indonesia - Amerika Serikat kini menghadapi krisis baru, yakni lonjakan harga listrik yang meroket. Sejak 2020, harga listrik di beberapa wilayah tercatat melonjak lebih dari dua kali lipat, bahkan mencapai kenaikan 267% dalam sebulan di area tertentu.
Menurut laporan Bloomberg, kenaikan paling tajam terjadi di wilayah yang berdekatan dengan pusat data (data center) besar, termasuk kawasan Baltimore dan Virginia.
Ledakan kebutuhan daya akibat pertumbuhan pesat kecerdasan buatan (AI) membuat konsumsi listrik melonjak tajam, membebani jaringan energi regional.
Sekitar dua pertiga pasokan listrik AS berjalan di atas grid regional yang dikelola operator. Biaya grosir yang meningkat ini akhirnya dibebankan langsung kepada rumah tangga dan bisnis.
Kondisi tersebut bahkan dirasakan warga yang tinggal jauh dari pusat data, karena seluruh pelanggan memakai jaringan listrik yang sama.
Pilihan Redaksi |
"Tagihan listrik saya naik sekitar 80% dibanding tiga tahun lalu. Mereka terus naik, saya jadi bertanya, 'Apa titik jenuhnya?'" ungkap Kevin Stanley, warga Baltimore berusia 57 tahun.
Pada 2020, rata-rata harga grosir listrik di AS sekitar US$16 per megawatt-hour. Kini, angka tersebut melonjak drastis di banyak wilayah, terutama yang berada dalam radius 50 mil dari aktivitas pusat data.
Fenomena ini menjadi ripple effect dari booming AI di Amerika, yang mendorong data center berdaya tinggi untuk memenuhi kebutuhan komputasi.
Akibatnya, harga listrik naik dan makin membebani masyarakat, di tengah harga pangan, perumahan, dan kebutuhan pokok lain yang juga merangkak naik.
Kenaikan biaya listrik ini tidak hanya menekan daya beli konsumen, tetapi juga memunculkan potensi gejolak politik di Negeri Paman Sam.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos ChatGPT Ungkap Besaran Penggunaan Air & Listrik di Balik Bisnis AI
