Turki Bikin Kaget Dunia: Diam-Diam Jadi Pemasok Senjata Dunia

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, Srealm Indonesia
03 October 2025 19:10
Bendera Turki (Pexels)
Foto: Bendera Turki (Pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia- Transformasi ekonomi Turki dalam dua dekade terakhir menghadirkan babak baru dalam peta global. Dari negara yang pada 1973 baru menorehkan capaian ekspor US$1 miliar, kini Ankara mampu melesat menjadi salah satu eksportir tangguh dunia.

Pertumbuhan ekspor dari US$36 miliar pada 2002 menjadi US$180 miliar pada 2019 memperlihatkan arah jelas yakni Turki menjadikan ekspor sebagai mesin utama pembangunan ekonomi.

Lompatan terbesar terjadi pada periode 2020-2025, saat dunia dilanda pandemi Covid-19 dan inflasi global. Ketika banyak negara terjebak kontraksi, Turki justru mempertebal fokus pada produksi, ekspor, dan pertumbuhan seimbang.

Hasilnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah republik, Produk Domestik Bruto (PDB) menembus US$1 triliun pada 2023. Pangsa ekspor global pun naik dari 0,96% di 2020 menjadi 1,12% di 2025.

 

Sektor jasa turut mencatat lonjakan tajam. Dari US$39,3 miliar pada 2020, ekspor jasa diproyeksikan menembus US$120 miliar tahun ini. Di balik itu, pemerintah Turki terus menggenjot riset dan pengembangan (R&D).

Anggarannya melejit dari hanya US$1,1 miliar pada 2002 menjadi US$25 miliar saat ini. Investasi ini diarahkan untuk menggeser struktur ekspor Turki dari berbasis teknologi menengah ke teknologi tinggi.

Berbeda dengan Korea Selatan atau Jepang yang tumbuh sangat cepat, transformasi Turki berlangsung lebih gradual.

Namun sejak awal 2000-an, perlahan terbentuk "Turkish model" yang kini dianggap alternatif jalur pembangunan.

Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat kontribusi Turki terhadap ekonomi global naik dari 0,83% pada 2020 menjadi 1,4% di 2025. Bahkan, proyeksi Medium-Term Program menempatkan GDP Turki di angka US$1,569 triliun tahun ini.

Aliran modal asing pun mengalir deras. Sepanjang 2020-2025, investasi asing langsung (FDI) yang masuk mencapai US$70 miliar, dengan total kumulatif mendekati US$275 miliar. Kini lebih dari 82.000 perusahaan asing beroperasi di Turki. Kepercayaan global terhadap label "Made in Türkiye" semakin kokoh, apalagi negara ini kini tercatat sebagai manufaktur terbesar ke-12 di dunia dengan ekspor industri lebih dari US$220 miliar.

Tak hanya manufaktur, industri pertahanan menjelma sebagai wajah paling modern dari ekonomi Turki. Ekspor sektor ini diperkirakan melampaui US$8,5 miliar tahun ini, dengan portofolio proyek mencapai US$100 miliar. Produk seperti drone Bayraktar hingga pesawat tempur Kaan menjadi simbol transformasi teknologi Turki.

Bahkan, AS sudah melirik kerja sama produksi mesin jet tempur bersama Ankara sebuah pengakuan atas lompatan kemampuan teknologi negeri tersebut.

Sementara itu, sektor pariwisata tak kalah agresif. Tahun ini Turki menargetkan 62 juta wisatawan dengan pendapatan US$64 miliar. Pada 2028, target pendapatan diperkirakan menembus US$75 miliar.

Kombinasi antara hard power (ekspor senjata dan industri) serta soft power (wisata) inilah yang membuat Turki memiliki wajah ganda dalam strategi ekspor dan branding ekonomi global.

Keberhasilan Turki juga tampak pada bidang desain industri.

Berdasarkan data WIPO, Turki kini masuk 10 besar dunia dalam jumlah aplikasi desain industri, bahkan peringkat ketiga bila dihitung relatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya kalah dari China dan Korea Selatan. Fakta ini menunjukkan kapasitas industri yang bukan hanya kuat dalam produksi, tapi juga inovatif.

Melihat tren hingga 2028, ekspor barang dan jasa Turki diperkirakan bisa menyentuh US$500 miliar. Dengan neraca perdagangan yang kian positif dan transformasi menuju ekonomi berbasis teknologi tinggi, Turki diposisikan untuk segera menyalip negara maju seperti Spanyol atau bahkan Korea Selatan.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation