
Rekor Gila! Rp166 Ribu Triliun Diputar di Pasar Valas dalam 24 Jam

Jakarta, Srealm Indonesia - Pasar valuta asing (valas) global kembali mencatatkan rekor transaksi harian.
Laporan terbaru dari Bank for International Settlements (BIS) menunjukkan rata-rata turnover valas di pasar Over The Counter (OTC) menembus US$9,6 triliun atau setara dengan Rp166.700 triliun atau Rp 166,7 kuadriliun (kurs Rp16.670/US$1) pada periode April 2025.
Angka tersebut naik 28% bila dibandingkan dengan periode yang sama di April 2022, yakni sebesar US$7,5 triliun atau setara Rp125.025 triliun atau Rp 125,03 kuadriliun.
Lonjakan aktivitas transaksi harian ini terjadi di tengah gejolak tarif resiprokal yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada awal April 2025, yang langsung memicu kenaikan volatiltas di pasar global.
BIS menyebutkan, bahwa peningkatan ini tidak hanya bersumber dari perdagangan antar bank, tetapi juga dari naiknya permintaan hedging atau lindung nilai oleh investor institusi.
"Perdagangan valas tahun ini benar-benar luar biasa. Aktivitas klien melonjak tajam setelah pengumuman tarif AS," tulis BIS dalam laporan survei triennial terbarunya.
Ketidakpastian arah kebijakan dagang membuat pelaku pasar berbondong-bondong melakukan lindung nilai, sehingga mempertebal lonjakan volume transaksi di seluruh instrumen valas.
"April 2025 menjadi bulan dengan volume perdagangan terbesar yang pernah tercatat. Aktivitas klien pasca pengumuman liberation day benar-benar luar biasa," ungkap Ollie Jerome, Head of FX Europe di Deutsche Bank, dikutip dari Financial Times Selasa (30/9/2025).
Transaksi Spot Hingga Forwards Melesat
Kenaikan transaksi paling besar terlihat pada transaksi spor dan outright forwards.
Volume transaksi spot pada April 2025 mencapai US$ 2,96 triliun per hari atau sekitar 31% dari total turnover harian. Angka ini naik dari 28% pada periode yang sama di 2022.
Sementara itu, transaksi outright forwards turut melonjak ke US$1,85 triliun per hari atau setara dengan 19% pangsa pasar global dari sebelumnya hanya 15%. Outright forwards sendiri adalah kontrak valas untuk jual beli mata uang di masa depan dengan kurs yang sudah ditentukan sejak awal, sehingga instrumen ini sering digunakan sebagai sarana lindung nilai.
Namun demikian, instrumen FX swaps tetap mendominasi dengan turnover senilai US$4 triliun per harinya, namun pangsa nya turun ke 42% dari 51% pada 2022.
Dominasi Dolar AS Serta Inggris Yang Menjadi Pusat Perdagangan
Mata uang Negeri Paman Sam, dolar AS masih tetap menjadi mata uang utama dalam pasar valas global, dengan porsi 89,2% dari transaksi global. Angka ini naik dari sebelumnya 88,4% pada April 2022. Sementara itu, pangsa euro justru mengalami penurunan menjadi 28,9%, sedangkan yen tetap stabil di 16,8%.
Sebaliknya, yuan China terpantau mengalami kenaikan hingga 8,5% dan franc Swiss melonjak 6,4%.
"Tren ini menunjukkan penguatan peran dari mata uang emerging markets, khususnya yuan China, yang kini semakin menancapkan posisi di pasar global," tulis BIS dalam laporannya.
Dari sisi lokasi perdagangan, empat pusat utama dunia masih mendominasi. Inggris, Amerika Serikat, Singapura, dan Hong Kong menyumbang 75% dari total transaksi global. London tetap menjadi pusat valas terbesar dengan pangsa 38%, disusul AS 19%, Singapura 11,8%, dan Hong Kong 7%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)