Masa Depan UMKM di Tangan AI: Menenun Peluang, Menyiasati Tantangan

Rahardian Satya Mandala Putra, Srealm Indonesia
02 October 2025 14:07
Rahardian Satya Mandala Putra
Rahardian Satya Mandala Putra
Rahardian Satya Mandala Putra atau biasa dikenal dengan sapaan Mandala adalah seorang peminat isu Hukum dan Kebijakan Publik. Ia meraih gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan memiliki pengalaman di sektor pemerintahan. Opini yang.. Selengkapnya
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
Foto: Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Pada suatu sore, seorang perempuan paruh baya yang merupakan seorang pemilik kedai sembako di sebuah desa sedang merapikan rak dagangnya sembari mendengarkan radio. Dalam radio yang didengarkannya, seorang penyiar sedang membawakan berita tentang sebuah aplikasi AI yang mampu membantu pengusaha UMKM seperti dirinya untuk menjadi lebih berdaya.

Mendengar hal tersebut, ia lantas bergumam "AI? ah, itu buat orang kota," gumamnya. Kisah ini menggambarkan betapa jauh jarak antara realitas teknologi dan kehidupan sehari-hari pengusaha UMKM di Indonesia.

Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 65,5 juta unit UMKM di Indonesia telah menyerap sebesar 119 juta tenaga kerja dan menyumbang 61,9% dari PDB nasional. Namun, meskipun data telah menggambarkan betapa besar kontribusi ekonomi yang diberikan oleh UMKM, hanya 38,7% yang sudah menggunakan ekosistem digital sebagai pendamping dalam kegiatan usaha.

Sebagian besar UMKM masih bergantung pada pencatatan secara manual, pemasaran dari mulut ke mulut, dan intuisi. Apakah kecerdasan buatan (AI) relevan bagi mereka? Pertanyaan ini menjadi penting ketika dunia sudah bergerak menuju ekonomi digital.

Cahaya baru
Kecerdasan buatan tidak selalu rumit. Dalam wujud paling sederhana, AI dapat membantu UMKM mengatur stok, mempersonalisasi rekomendasi barang yang diinginkan, ataupun menyajikan data mengenai permintaan konsumen.

Beberapa platorm e-commerce di Indonesia, misalnya, Shopee telah memanfaatkan AI untuk memberikan rekomendasi produk yang sekiranya sesuai dengan selera konsumen. Alih-alih rumit, AI sebetulnya dapat menjadi sahabat yang membantu para pengusaha UMKM mengambil keputusan secara lebih tepat.

Pemerintah, melalui Kementerian UMKM telah merespons kebutuhan tersebut, melalui aplikasi Sistem Pelayanan Aplikasi Pelayanan UMKM (SAPA UMKM), sebuah aplikasi yang akan mengintegrasikan berbagai macam layanan mulai dari aspek pembiayaan, pemasaran, hingga perizinan. Aplikasi ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan UMKM dan dapat membantu penyaluran program dari pemerintah kepada pengusaha UMKM agar tepat sasaran.

Kementerian Perdagangan, melalui kerja sama dengan Google Indonesia telah meluncurkan Gemini Academy, sebuah program pelatihan berbasis AI yang ditujukan untuk memperkuat kapasitas ekspor pengusaha UMKM di Indonesia. Program ini membekali pesertanya dengan kemampuan untuk menyusun prompt hingga menganalisis tren dan situasi pasar.

Di tingkat daerah, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Provinsi Lampung bersama dengan Universitas Lampung (UNILA) telah memiliki komitmen bersama untuk mendukung agar UMKM adaptif terhadap AI. Berbagai kegiatan telah dilakukan dan ini adalah tanda bahwa AI tidak hanya dapat dinikmati oleh masyarakat kota.

Mengurai hambatan
Meski demikian, perjuangan agar UMKM bisa adaptif terhadap AI tidaklah berjalan mulus. Masih banyak pengusaha UMKM yang belum begitu familiar dengan istilah-istilah berkaitan dengan AI, apalagi mengoperasikan perangkat pendukung.

Keterbatasan akses internet di desa memperbesar hambatan: tanpa koneksi yang stabil, aplikasi sulit dijalankan. Selain itu, biaya perangkat dan lisensi yang diperlukan terlalu sulit untuk dijangkau pengusaha UMKM, terlebih untuk usaha mikro. Dalam beberapa kesempatan, kerap ditemukan pendapat yang berisi ketakutan mengenai penggantian sumber daya manusia (SDM) dengan mesin, sehingga hal ini menjadi hambatan tersendiri.

Keamanan data juga menjadi isu krusial, menggunakan AI juga memiliki arti memberikan informasi pribadi secara sadar ke dalam sistem digital. Tanpa pemahaman yang cukup dalam pengelolaan data, hal tersebut akan rentan disalahgunakan dan berujung kepada pelanggaran hukum. Maka dari itu, literasi keamanan data musti berjalan beriringan dengan literasi teknologi.

Langkah strategis
Dalam rangka mendukung agar AI benar-benar memberikan manfaat bagi UMKM, diperlukan beberapa langkah yang musti dipertimbangkan:

1. Pelatihan yang inklusif
Program literasi yang digalakkan oleh pemerintah maupun swasta ataupun organisasi yang memiliki perhatian khusus terhadap AI musti disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Modul pelatihan yang digunakan perlu menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti disertai dengan contoh praktik secara langsung. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah, kampus, swasta maupun organisasi komunitas dapat dilakukan dalam memastikan modul pelatihan berisikan materi yang mudah dipahami dan relevan.

2. Perluasan infrastruktur digital
Pemerataan akses internet adalah syarat utama agar semangat pemanfaatan AI bagi pengusaha UMKM dapat tercapai secara maksimal. Penyediaan perangkat bersubsidi bagi UMKM di daerah dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan, selain itu pengembangan aplikasi yang dapat dijalankan secara offline perlu dipertimbangkan.

3. Standar etika dan keamanan digital
Pembuatan pedoman penggunaan AI yang menekankan privasi dan keamanan data musti diutamakan. Pengusaha UMKM wajib memahami tanggungjawab yang meliputi mereka dalam hal mengelola data konsumen. Pemerintah sebagai regulator juga sebaiknya memastikan agar platform AI mematuhi standar keamanan yang ditetapkan.

4. Ekosistem kolaboratif
Apabila menginginkan agar semangat adopsi AI dapat berhasil, diperlukan kolaborasi yang apik dari berbagai pihak: pemerintah sebagai regulator dan fasilitator, swasta sebagai penyedia, universitas sebagai laboratorium riset dan pusat tenaga ahli, serta komunitas sebagai penggerak. Apabila kerjasama ini dapat terwujud dengan baik, maka dapat dipastikan akan tercipta jembatan antara teknologi AI dengan realitas kebutuhan di lapangan.

Penutup
AI dapat menjadi alat yang memudahkan dalam pemilihan strategi bisnis, pembuka akses pasar, hingga meningkatkan kualitas hidup pengusaha UMKM yang tersebar tidak hanya di kota namun juga di desa. Tantangan yang membayanginya memang nyata dan tidak mudah.

Namun apabila hal tersebut dijawab dengan infrastruktur yang memadai, edukasi yang tepat di lapangan hingga kebijakan yang berpihak maka bukan tidak mungkin Indonesia akan semakin berdaya secara ekonomi melalui peningkatan UMKM yang adaptif terhadap AI.



(miq/miq)