
Chaos Madagaskar Berlanjut, Gen Z Menggila-Presiden Ogah Mundur

Jakarta, Srealm Indonesia - Gelombang protes besar-besaran yang dipimpin anak muda di Madagaskar terus berlanjut meskipun Presiden Andry Rajoelina berjanji akan mendengarkan aspirasi rakyat dan mencari solusi. Janji tersebut tidak menyentuh tuntutan utama demonstran yang menuntut dirinya mundur dari jabatan, sebuah desakan yang kian nyaring sejak aksi dimulai pekan lalu.
Terinspirasi oleh gerakan serupa di Kenya dan Nepal, aksi yang digerakkan generasi muda "Gen Z" ini telah berkembang menjadi kerusuhan terbesar dalam beberapa tahun terakhir di Madagaskar. Ratusan ribu orang turun ke jalan menyoroti kemiskinan yang akut, ketidakadilan, serta praktik korupsi yang dianggap mengakar di pemerintahan.
Awalnya, protes pecah di ibu kota Antananarivo pada 25 September karena keluhan atas krisis air bersih dan pemadaman listrik yang semakin parah. Namun, kemarahan publik dengan cepat meluas menjadi tuntutan politik yang lebih besar.
Untuk meredam amarah rakyat, Rajoelina membubarkan pemerintahan pada Senin (29/9/2025). Namun, langkah itu tak banyak mengubah keadaan. Demonstrasi terus berlanjut, bahkan meluas ke berbagai kota lain.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut sedikitnya 22 orang tewas dan lebih dari 100 luka-luka dalam hari-hari awal kerusuhan. Pemerintah menolak angka tersebut dan belum merilis data resmi korban.
Meski demikian, Presiden Rajoelina tetap menekankan posisinya tidak akan bergeser.
"Tidak ada yang diuntungkan dari kehancuran bangsa. Saya berada di sini, berdiri di sini, siap untuk mendengarkan, siap mengulurkan tangan, dan yang terpenting, siap menghadirkan solusi bagi Madagaskar," ujarnya dalam pidato yang disiarkan di laman Facebook resminya.
Tuduhan Upaya Kudeta
Rajoelina juga menuding, tanpa bukti, bahwa ada sebagian elite politik yang berusaha menunggangi protes dengan rencana kudeta saat dirinya berada di New York pekan lalu untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB.
"Kritik terhadap masalah yang ada tidak harus diekspresikan di jalanan; itu seharusnya dilakukan melalui dialog," tegas Rajoelina, yang ironisnya pernah berkuasa lewat kudeta pada 2009 setelah memimpin aksi massa melawan pemerintah kala itu.
Lewat unggahan di akun X, Rajoelina menambahkan bahwa ia sudah bertemu dengan berbagai kelompok selama tiga hari terakhir untuk membahas situasi nasional.
Kendati ada seruan presiden, aksi protes kembali menggeliat di Antananarivo pada Jumat setelah sempat berhenti sehari. Tayangan Real TV Madagasikara memperlihatkan polisi melepaskan gas air mata untuk membubarkan massa yang kembali turun ke jalan.
Gerakan ini masih dipimpin kelompok muda dengan semangat yang disebut menolak ketimpangan sosial dan eksklusivitas politik. Para demonstran menilai pemerintah gagal menghadirkan layanan dasar, sementara elite terus menikmati keuntungan dari sumber daya negara.
Madagaskar, negara kepulauan di Samudra Hindia, sejatinya dianugerahi kekayaan mineral, keanekaragaman hayati, dan lahan pertanian yang luas. Namun, kondisi ekonomi rakyat jauh dari sejahtera.
Menurut data Bank Dunia, antara 1960-2020 pendapatan per kapita di negara itu justru turun 45% dalam ukuran riil. Laporan lembaga tersebut menuding penyebab utamanya adalah kendali ketat atas institusi dan sumber daya oleh elite yang tidak akuntabel, serta kurangnya kompetisi dan transparansi dalam pemerintahan.
Â
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking: PM Nepal Mengundurkan Diri Usai Demo Berujung Chaos-19 Tewas
