Penampakan Glodok Plaza Usai Terbakar Dahsyat, Riuh Suara "Krek Krek"
Jakarta, Srealm Indonesia - Suasana di dalam Glodok Plaza, Jakarta Barat, Jumat (3/10/2025) siang itu terasa berbeda dari gambaran pusat perbelanjaan pada umumnya. Bukannya sejuk oleh pendingin ruangan, udara justru gerah. Sejak kebakaran besar beberapa waktu lalu, AC tak lagi berfungsi. Pihak pengelola hanya menyediakan kipas-kipas blower besar yang diletakkan di beberapa titik untuk sekadar mengurangi pengap.
Pantauan Srealm Indonesia, suasana di dalam mal yang dulu dijuluki sebagai pusat elektronik terbesar se-Asia Tenggara ini tampak sepi. Hilir mudik pengunjung tak terlihat. Hanya beberapa pedagang yang berdiri di depan tokonya, sesekali menawarkan dagangan pada pengunjung yang lewat, atau sibuk mengepak barang untuk dikirim lewat ekspedisi hasil penjualan online.
Sepanjang lorong, suara "krreekk..krek..kreekk.." dari plester perekat terdengar bersahutan, pertanda aktivitas jual-beli kini lebih banyak bertumpu pada transaksi digital.
Bangunan mal sendiri menunjukkan bekas luka yang jelas dari kebakaran. Dari lantai dasar menengadah ke atas, terlihat plafon yang mengelupas, rangka besi terbuka, serta bekas hitam di dinding yang belum tersentuh renovasi. Sisa-sisa kerusakan itu dibiarkan terbuka begitu saja, menciptakan pemandangan suram. Di beberapa sudut, langit-langit bolong memperlihatkan pipa dan kabel-kabel menggantung.
Sementara itu, lantai yang dulu ramai oleh deretan toko komputer, kini lebih banyak kosong. Kini hanya tersisa etalase penjual speaker dan/atau sound system yang masih berdiri. Seolah menjadi satu-satunya sisa denyut perdagangan di tengah gedung yang renta ini.
"Kalau nyari elektronik kayak komputer di sini sudah nggak ada. Memang dulu di sini bisa dibilang pusatnya elektronik, (seperti) komputer, tapi semenjak kebakaran kemarin, itu sudah pindah semua. Saya dengar-dengar banyak yang pindah ke Harco Glodok," ujar Ecep, salah seorang pedagang yang ditemui di lokasi.
Ia bercerita, kini hanya toko-toko speaker dan/atau sound system yang bertahan, itupun sebatas di lantai dasar. "Yang di atas-atas sudah nggak ada. Ya sejak kebakaran itu, kan bisa dilihat sendiri bangunannya yang atas sudah tidak memungkinkan," lanjutnya.
Soal pembeli, Ecep tak menampik bahwa pengunjung hampir tak ada. "Waduh kayaknya hampir nggak ada ya. Ada mungkin 1-2 orang per harinya, tapi sepi banget. Paling kita masih aktifnya di jual online, alhamdulillah masih ada kalau itu," ucap dia.
"Kita di sini ibarat untuk gudang atau display barang saja, karena pembeli online kan kadang perlu lihat fisiknya. Saya terbantu juga dengan jual live di TikTok. Pokoknya segala cara dicoba lah, karena mau gimana lagi kondisinya memang sudah begini. Tragedi ya kebakaran waktu itu," ujarnya.
Seorang petugas kebersihan yang enggan menyebut namanya menguatkan cerita itu. Menurutnya, lantai dua ke atas sudah lama mati suri.
"Sudah nggak ada (yang jual elektronik komputer). Ya tersisa ini saja. Dari pihak pengelola sih bilang mau ada direnovasi, tapi belum tahu kapan. AC (pendingin ruangan) juga sudah nggak fungsi, sama pengelola diganti kipas-kipas besar," kata petugas kebersihan itu.
Memang, kebakaran hebat yang melanda Glodok Plaza beberapa waktu lalu menjadi titik balik yang pahit. Api melalap lantai 7, 8, dan 9 gedung tersebut. Lebih dari 200 personel dan 45 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan. Bahkan, sembilan orang sempat terjebak di dalam sebelum akhirnya berhasil diselamatkan setelah satu jam.
Padahal, di masa jayanya, Glodok Plaza adalah ikon perdagangan elektronik. Berdiri sejak 1977, mal ini menjadi pelopor pusat perbelanjaan modern di Indonesia. Pada dekade 1990-an, Glodok Plaza disebut-sebut sebagai pusat perdagangan elektronik terbesar di Asia Tenggara. Komputer, komponen, dan peranti digital apa pun bisa dicari di sini.
Renovasi besar pada 2001 membuat gedung ini menjulang hingga delapan lantai plus basement. Namanya makin melambung, hingga kemudian disebut-sebut sebagai barometer perputaran perdagangan elektronik.
Namun, kini gedung yang dikelola oleh PT TCP Internusa, anak usaha PT Surya Semesta Indonesia Tbk (SSIA), itu tampak lesu. Di tengah sisa-sisa kerusakan kebakaran, yang tertinggal hanyalah pedagang yang bertahan dengan strategi baru, yakni dengan memanfaatkan platform daring. Dari pusat elektronik terbesar di ASEAN, Glodok Plaza kini menjadi tempat singgah barang dagangan yang sebagian besar hidup lewat layar ponsel pembelinya.
(dce)