Luhut Temukan Fakta Mengejutkan dari Uji Coba Bansos Digital
Jakarta, Srealm Indonesia - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku menemukan fakta mengejutkan soal penerima bantuan sosial atau bansos digital di Desa Suko, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur. Seperti diketahui, Banyuwangi menjadi 'laboratorium' uji coba bansos digital.
Menurut catatan Luhut, ada warga yang tercatat menerima tiga program sekaligus, sementara ada yang sama sekali tidak tersentuh bantuan meski sangat membutuhkan.
"Inilah mengapa transformasi digital penting dan perlu segera diimplementasikan," tegasnya dalam unggahan di Instagram @luhut.pandjaitan, dikutip Jumat (3/10/2025).
Luhut berkesempatan mengunjungi Desa Suko, Kalipuro, Banyuwangi, untuk melihat langsung penyaluran bansos digital. Dia mengatakan uji coba penyaluran bansos secara digital di Banyuwangi sudah menjangkau 257 ribu pendaftar dengan dukungan 2.000 pendamping lapangan. Dari 680 ribu kepala keluarga, baru 148 ribu yang tercatat sebagai penerima bansos.
"Masih banyak ruang perbaikan agar bantuan benar-benar tepat sasaran dan adil bagi yang membutuhkan," katanya.
Dia juga bercerita bahwa dirinya melihat langsung bagaimana agen Kementerian Sosial dan Pemkab membantu warga mendaftar bansos.
Di Desa Suko yang mayoritas warganya merupakan petani kopi, Luhut melihat banyak warga yang tak memiliki ponsel. Bahkan, di wilayah ini, Luhut mengatakan akses sinyal masih terbatas.
Kendati demikian, mereka kini tetap bisa masuk sistem. Bedanya, kalau dulu masyarakat pasif menunggu, sekarang mereka bisa mengusulkan diri atau tetangga. Sistem inilah yang akan memutuskan siapa yang berhak menerima bantuan, kata Luhut.
"Tempat ini adalah potret nyata sekaligus laboratorium hidup bagi masa depan program sosial Indonesia," tegasnya.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan melalui sistem digital yang tengah dikembangkan bersama Dewan Ekonomi Nasional (DEN), digitalisasi bansos lewat Portal Perlindungan Sosial (Perlinsos) dirancang meminimalkan interaksi tatap muka untuk mengurangi potensi penyimpangan, meningkatkan transparansi, serta partisipasi masyarakat.
Platform digital ini menghubungkan berbagai basis data pemerintah, mulai dari Dukcapil, BKN, BPJS Kesehatan, BPN hingga SAMSAT. Dengan sistem ini, data masyarakat yang sudah mendaftar diverifikasi otomatis sehingga bansos lebih tepat sasaran.
"Jadi ketika kepala desa meng-input nama-nama yang layak dapat bansos, nanti yang menyeleksi sistem. Sistem ini terhubung dengan seluruh data yang dimiliki oleh pemerintah," jelas Gus Ipul.
Banyuwangi dipilih sebagai lokasi uji coba pertama karena dinilai paling representatif: ada daerah yang sudah siap infrastruktur digitalnya, ada juga yang masih terkendala jaringan internet. Kondisi ini sekaligus menguji keandalan Perlinsos.
(haa/haa)