BBM Murni Pertamina Ternyata Mengandung Etanol, Ini Penjelasan ESDM
Jakarta, Srealm Indonesia - Sejumlah badan usaha swasta memutuskan untuk batal membeli bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina. Alasannya, produk BBM milik perusahaan pelat merah tersebut disebut-sebut mengandung etanol.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman menjelaskan bahwa dalam spesifikasi BBM yang diatur, parameter utamanya adalah Research Octane Number (RON), bukan kandungan etanol.
"Kalau di dalam spesifikasi BBM yang kita atur kan RON-nya, jadi tidak ada di dalam spesifikasi tersebut mengandung etanol," ujar Laode dikutip Jumat (3/10/2025).
Ia pun menyadari terdapat badan usaha swasta yang memilih tidak menggunakan BBM dengan campuran etanol. Namun, Laode menegaskan bahwa kandungan etanol tersebut masih berada dalam batas toleransi yang diperbolehkan.
"Jadi itu sih perbedaannya. Sebenarnya etanol sendiri kan salah satu biofuel ya. Jadi di negara-negara lain malah etanol ini sudah ada implementasinya. Kalau kita kan baru biodiesel, bioetanol belum ini," tambahnya.
Sebagai informasi, PT Vivo Energy Indonesia batal membeli BBM dari Pertamina sebesar 40.000 barel. Begitu juga dengan SPBU BP-AKR, yang dikabarkan urung menambah pasokan BBM dari Pertamina.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, salah satu yang menjadi kendala dalam kerja sama antara pihak swasta dengan Pertamina adalah adanya kandungan etanol pada BBM murni atau base fuel milik Pertamina.
Kandungan etanol tersebut dinilai tidak sesuai spesifikasi BBM SPBU swasta.
"Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Etanol itu sampai jumlah tertentu. Kalau tidak salah sampai 20% etanol. Kalau tidak salah. Nah, sedangkan ada etanol 3,5%," bebernya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (2/10/2025).
Padahal menurutnya, konten etanol yang terdapat dalam base fuel Pertamina sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah.
"Nah, tetapi teman-teman SPBU swasta berkenan jika nanti pada kargo selanjutnya siap bernegosiasi kalau memang nanti kualitasnya. Ini bukan masalah kualitas, masalah konten. Kontennya ini aman bagi karakteristik spesifikasi produk yang masing-masing. Karena ini beda-beda merek, beda spesifikasi," ujarnya.
(pgr/pgr)