SPBU Vivo-BP Batal Beli BBM dari Pertamina, Ini Tanggapan Bahlil

Firda Dwi Muliawati, Srealm Indonesia
Kamis, 02/10/2025 18:05 WIB
Foto: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meluncurkan logo baru BPH Migas di Gedung BPH Migas, Jakarta, Kamis (02/10/2025). (Srealm Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Jakarta, Srealm Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia angkat suara perihal batalnya badan usaha swasta penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk membeli BBM dari PT Pertamina (Persero).

Bahlil menyebut, badan usaha swasta tersebut hingga saat ini masih terus bernegosiasi secara business to business (B to B) dengan Pertamina.

Seperti diketahui, PT Vivo Energy Indonesia membatalkan pesanan pembelian BBM dari Pertamina sebesar 40.000 barel. Begitu pun dengan SPBU BP-AKR, dikabarkan juga batal menambah pasokan BBM dari Pertamina.


"B to B-nya silakan. Kami hanya memberikan guidance. Selebihnya diatur (secara B to B)," kata Bahlil saat ditemui di Gedung BPH Migas, Jakarta, Kamis (2/10/2025).

Namun yang pasti, Bahlil menegaskan bahwa stok BBM dalam negeri dalam kondisi aman dan cukup hingga 21 hari.

Khusus untuk ketersediaan BBM pada SPBU swasta, dirinya menegaskan bahwa pemerintah sudah menambahkan kuota impor BBM sebesar 10% lebih tinggi dibandingkan kuota impor pada 2024 lalu.

"Jadi tidak ada alasan dan tidak ada satu persepsi bahwa BBM kita, ketersediaan kita menipis. Nggak ada. Sudah penuh. Semuanya ada. Kuota impornya pun kita sudah berikan sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya," tandasnya.

Sebelumnya, PT Vivo Energy Indonesia buka suara atas batalnya badan usaha swasta penyedia BBM tersebut untuk membeli BBM dari PT Pertamina (Persero). Padahal, sebelumnya Vivo berencana membeli 40.000 barel BBM dari Pertamina.

Direktur Vivo Energy Indonesia yang hadir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (01/10/2025), mengungkapkan bahwa perusahaan batal membeli BBM dari Pertamina karena ada beberapa hal teknis yang belum bisa dipenuhi oleh Pertamina.

"Sehingga apa yang sudah kami minta itu dengan terpaksa dibatalkan," ungkapnya dalam RDP dengan Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (2/10/2025).

Namun, pihaknya tidak menutup kemungkinan bila ke depannya membeli BBM dari Pertamina jika spesifikasi yang diminta oleh pihaknya bisa dipenuhi oleh pihak Pertamina.

"Tapi tidak menutup kemungkinan kami tetap akan berkoordinasi dengan Pertamina untuk saat-saat mendatang siapa tahu apa yang kami minta itu bisa dipenuhi oleh Pertamina dan kami akan beli dari Pertamina," jelasnya.

Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa stok BBM Vivo sudah habis untuk bulan Oktober 2025 ini.

"Jadi tidak ada lagi yang bisa kami jual untuk bahan bakarnya yang pada akhir bulan Oktober ini. Itu saja yang saya bisa sampaikan," tandasnya.

Di sisi lain, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, salah satu yang menjadi kendala dalam kerja sama antara pihak swasta dengan Pertamina adalah lantaran adanya kandungan etanol pada BBM murni atau base fuel milik Pertamina.

Kandungan etanol tersebut dinilai tidak sesuai spesifikasi BBM SPBU swasta.

"Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Etanol itu sampai jumlah tertentu. Kalau tidak salah sampai 20% etanol. Kalau tidak salah. Nah, sedangkan ada etanol 3,5%," bebernya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (2/10/2025).

Padahal menurutnya, konten etanol yang terdapat dalam base fuel Pertamina sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah.

"Nah, tetapi teman-teman SPBU swasta berkenan jika nanti pada kargo selanjutnya siap bernegosiasi kalau memang nanti kualitasnya. Ini bukan masalah kualitas, masalah konten. Kontennya ini aman bagi karakteristik spesifikasi produk yang masing-masing. Karena ini beda-beda merek, beda spesifikasi," tandasnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukan Monopoli, Ini Alasan Pertamina Pasok BBM ke SPBU Swasta