FOTO

Dolar Mengamuk, Harga Tahu Tempe Ikutan 'Terbang'

Srealm Indonesia/Tri Susilo, Srealm Indonesia
Jumat, 14/10/2022 17:50 WIB

Kenaikan harga dikarenakan Indonesia masih bergantung pasokan impor kedelai setidaknya sampai 90% yang butuh dolar.

1/5 Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu di kawasan Jakarta, Jumat (14/10/2022). (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu di kawasan Jakarta, Jumat (14/10/2022). Perajin tahu dan tempe memberi sinyal bakal menaikkan harga lagi dalam beberapa waktu ke depan. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

2/5 Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu di kawasan Jakarta, Jumat (14/10/2022). (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Penyebabnya bukan hanya karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tapi ikut dipicu pelemahan rupiah atas dolar AS yang menyebabkan harga kedelai impor ikut merangkak naik. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

3/5 Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu di kawasan Jakarta, Jumat (14/10/2022). (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Kenaikan tersebut dikarenakan Indonesia masih bergantung pasokan impor kedelai setidaknya sampai 90% yang membutuhkan dolar. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

4/5 Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu di kawasan Jakarta, Jumat (14/10/2022). (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Menurut salah satu pekerja "Harga tahu dan tempe akan naik beberapa minggu ke depan, saat ini, harga tahu yang semula berkisar Rp6.000 per 10 potong, dilaporkan naik Rp 1.000 menjadi Rp 7.000 per 10 potong," katanya. Harga tempe pun sama. "Meski, ada juga perajin yang memilih mengecilkan ukuran," ungkap pekerja tersebut (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

5/5 Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu di kawasan Jakarta, Jumat (14/10/2022). (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Pekerja lainnya, Hartono (58) mengeluhkan berkurangnya peminat tahu dan tempe. "Semenjak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) peminat tahu dan tempe berkurang kurang tahu sebabnya apa, dari data pemesanan pabrik memang berkurang kisaran 5%," kata Hartono. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)