
Mereka Rela Antre dari Jam 5 Pagi untuk Isi Ulang Oksigen
Salah satu dampak lonjakan kasus positif corona adalah peningkatan kebutuhan oksigen. Sebab, virus corona menyebabkan pasokan oksigen dalam darah menipis

Sejumlah warga mengantre untuk melakukan pengisian ulang tabung oksigen di Joglo Raya, Kembangan, Jakarta (14/7/2021). (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Menurut pedagang, warga sudah mulai mengantre sejak pukul 05.00 wib. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Antrean warga yang ingin mengisi ulang tabung oksigen bisa mengular hingga 5 meter. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Agus (47) mengantre sejak pukul 05.00 wib "saya antre sejak pagi dan saya bawa 2 tabung ukuran 10 kubik, 1 kali isi itu 50 ribu" jelasnya. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Terkadang banyak warga yang kecewa karena tidak mendapatkan oksigen karena terbatasnya stok. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Mereka membariskan tabung oksigennya sebagai tanda antrean saat akan mengisi ulang. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Tambahan suplai stok oksigen selalu diusahakan oleh pemilik toko untuk memenuhi kebutuhan para warga yang ingn melakukan isi ulang. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Antrean Pengisian Ulang Tabung Oksigen juga terlihat menguar di kawasan Manggarai. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Dalam beberapa minggu ini toko ini selalu kebanjiran pembeli yang ingin melakukan pengisian tabung oksigen. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Salah satu dampak lonjakan kasus positif corona adalah peningkatan kebutuhan oksigen. Sebab, virus corona menyebabkan pasokan oksigen dalam darah menipis sehingga menghirup dari udara saja tidak cukup. Harus ada bantuan dari oksigen murni. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Pemerintah meminta perusahaan yang memiliki kapasitas produksi oksigen supaya dapat mengalokasikan produksinya ke sektor kesehatan. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)

Mengutip data Kementerian Kesehatan per 6 Juli 2021, kebutuhan oksigen medis meningkat hingga 2.333 ton per hari. Sementara kapasitas nasional pada angka 1.578 ton per hari. Artinya terdapat defisit sekitar 575 ton per hari. (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)