Epidemiolog Pandu Riono Kritik PPKM Mikro: Kok Makin Longgar?

Novina Putri Bestari, Srealm Indonesia
08 February 2021 15:15
Sejumlah warga melewati Jalan Pintu Besar Utara yabg ditutup di kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat menutup sejumlah ruas jalan menuju kawasan wisata Kota Tua selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di DKI Jakarta pada 11 Januari hingga 25 Januari 2021 untuk mencegah kerumunan. (Srealm Indonesia/Tri Susilo)
Pantauan Srealm Indonesia kemacetan tidak terhindarkan kendaraan dari arah Harmoni menuju Jalan Pintu Besar Utara karena banyak pengguna jalan yang belum mengetahui penutupan jalur. 
Salah satu satgas Kota Tua yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan "wisata Kota Tua akan ditutup hingga 25 Januari dan yang memasuki ruang lingkup Kota Tua hanya pegawai perkantoran diwilayah Kota Tua" jelasnya.  (Srealm Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi PPKM (Srealm Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, Srealm Indonesia - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mempertanyakan kebijakan pemberlakuanĀ Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro yang akan dimulai pada Selasa (9/2/2021). Menurut dia, kebijakan itu menunjukkan ketidakjelasan pemerintah dalam penanganan Covid-19.

"Nggak jelas maunya apa. Nggak, bingung aja ini apa, ini pengetatan, ini pembatasan atau apa? Kok makin longgar dilonggarkan kegiatan-kegiatan publik?," ujar Pandu kepada Srealm Indonesia di Jakarta, Senin (8/2/2021).

Salah satu sorotan Pandu adalah mal yang kembali diperbolehkan untuk beroperasi hingga 21.00 malam.

"Bingung, katanya diperpanjang, dilonggarkan. Enggak usah ada," katanya.



Lalu, apa yang harus dilakukan pemerintah? Pandu menyebut pemerintah harus tegas dalam mendefinisikan 'pembatasan' itu sendiri.

"Katanya mau pakai pembatasan, pembatasannya gimana? Saya juga bingung pembatasan pemerintah itu apa, gituloh. Apakah nggak boleh pergi, apakah nggak boleh ngantor, apakah nggak boleh ke mall," ujar Pandu.

"Malah lucu ada yang bilang lockdown di akhir pekan, kalau akhir pekan di rumah saja. Disangkanya virus itu hanya bergerak di akhir pekan. Ini udah agak nggak pakai rasional lagi. Sudah tidak tahu apa yang mau dibatasi, tidak jelas apa yang mau dicapai, tidak dimonitoring dan juga tidak dievaluasi. Menurut saya nggak usah ada," lanjutnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PPKM Dicabut, Kunjungan Orang-Orang ke Mal Pecah Rekor

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular