
Sedih! Industri Tekstil Megap-Megap, Banyak yang Mati Suri

Jakarta, Srealm Indonesia - Industri tekstil kembali mendapat tekanan saat pandemi covid-19 dan serbuan produk impor. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengungkapkan banyak industri tekstil saat ini sudah terancam mati.
"Karena daya beli memang menurun," sebut Jemmy kepada Srealm Indonesia, Kamis (13/8).
Sejumlah industri yang masih berjalan pun seperti hidup segan mati tak mau. Tidak ada perbedaan signifikan antara pada masa awal Covid-19 ditemukan di Indonesia dan saat ini.
"Beberapa industri okupansinya masih jalan di bawah 20%. Lebih ke industri tekstil berbahan katun, karena kan mahal. Pangsa pasar lebih kecil dan item itu belum seberapa bangkit," sebut Jemmy.
Kondisi ini tentu mengkhwatirkan, karena setelah kegiatan ekonomi dibuka pada pertengahan Juni lalu, harapannya sejumlah sektor usaha bangkit. Kini, justru sebaliknya, selain akibat daya beli yang menurun, masyarakat juga cenderung membeli barang konsumsi sesuai kebutuhan.
Selama ini sentra industri tekstil dan produk turunannya terpusat di Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mengungkapkan saat ini banyak industri tekstil yang mati alias tak produksi di tengah pandemi.
Untuk itu perlu ada upaya rangsangan langsung ke pelaku usaha dengan menggelontorkan belanja pemerintah ke industri. Ridwan Kamil mengusulkan adanya belanja khusus ke industri tekstil. Selama ini Jawa Barat jadi sentra pabrik industri tekstil dan produk tekstil.
"Kemarin itu ada ide Pak supaya manufaktur kita ini hidup mungkin pemerintah juga belanja di produk mereka yang tidak bisa ekspor. Contohnya ada yang mengusulkan Pak belanja seragam aja, memang terpakai dan bisa menghidupkan tekstil-tekstil yang mati," kata Kang Emil di Posko Penanganan Covid-19 Jabar, Selasa (11/8/2020) di depan Presiden Jokowi.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Celaka 12! Pabrik Tekstil Ogah Produksi, Pilih Jadi Importir