
KFC Blak-blakan Soal Kondisi Bisnis: Covid, Boikot & Daya Beli Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten peritel KFC di Indonesia, Fast Food Indonesia (FAST), mengungkapkan telah menutup hingga 19 gerai sepanjang tahun 2025. Akibat penutupan tersebut, sebanyak 400 karyawan terimbas dan mengalami pemutusan hubungan hubungan kerja (PHK).
Langkah tersebut diambil karena kondisi keuangan KFC yang masih terus merugi dalam lima tahun terakhir. Hal tersebut disampaikan oleh manajemen FAST dalam public Expose insidentil FAST yang diselenggarakan Kamis, 2 Oktober 2025.
"Sampai bulan September 2025, Perseroan sudah menutup 19 gerai dan terdapat kurang lebih 400 karyawan yang terimbas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)," jelas manajemen KFC lewat keterbukaan informasi, dikutip Srealm Indonesia Senin (6/10/2025).
Meski demikian, perusahaan juga menyebut akan terus berencana untuk ekspansi, namun tidak merinci berapa metrik yang akan dikejar.
"Secara model bisnis Perseroan tetap akan terus berekspansi dengan cara membuka gerai yang baru," sebut manajemen KFC.
Penutupan ini bukan merupakan hal baru, diketahui KFC konsisten telah melakukan penutupan gerai sejak beberapa tahun lalu. Tercatat sepanjang 2024, total gerai yang ditutup oleh KFC mencapai 55 gerai.
Hingga akhir semester pertama tahun ini, jumlah gerai yang dikelola KFC 698 toko.
Kondisi Masih Menantang
KFC Indonesia mengungkapkan saat ini perusahaan masih mengalami tantangan besar dalam upayanya untuk membalikkan kondisi rugi menjadi untung.
Manajemen perusahaan juga buka-bukaan atas tantangan yang dihadapi oleh perseroan, mulai dari covid yang terjadi dimulai tahun 2020 kemudian adanya boikot di tahun 2023 sampai 2024 dan yang terakhir yang sedang Perseroan hadapi sekarang ini adalah adanya penurunan daya beli dari masyarakat.
Ketiga hal tersebut pada akhirnya membuat perseroan mengalami penurunan transaksi di Gerai yang cukup besar.
Untuk memperkecil dampak negatif akibat tiga hal tersebut, manajemen mengungkapkan perusahaan telah menerapkan sejumlah strategi mulai dari melakukan efisiensi di dalam struktur support terhadap restoran dan juga melakukan relokasi dan penutupan beberapa Gerai yang tidak mengalami recovery secara sales dan EBITDA sejak tahun 2020.
Terkait masuknya anak Haji Isam ke entitas usaha milik FAST, manajemen secara tegas menyebut PT Jagonya Ayam Indonesia akan beroperasi secara penuh pada akhir kuartal 2026.
"Pembelian saham yang dilakukan oleh PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN) yang Beneficiary Ownernya adalah Putri dari Bapak haji Isam untuk saham PT Jagonya Ayam Indonesia adalah sampai dengan 35% saham PT Jagonya Ayam Indonesia. Kemudian mengenai aksi korporasi dari Perseroan sendiri, sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan bahwa Perseroan tidak berencana melakukan aksi korporasi yang bersifat akuisisi atau penjualan saham Perseroan atau penjualan saham anak perusahaan Perseroan," jelas manajemen.
Selanjutnya, terkait rumor rencana kerja sama Program Makan Bergizi Gratis (MBG), KFC Indonesia secara tegas mengungkapkan perseroan belum berinteraksi atau berhubungan dengan Badan Gizi Nasional dan Perseroan belum memiliki agenda untuk berpartisipasi dalam Program Makan Bergizi Gratis.
KFC Masih Merugi
Emiten pengelola Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), masih membukukan rugi sepanjang pertengahan tahun 2025. KFC diketahui terakhir kali mencatatkan keuntungan pada tahun 2019 silam atau tepat
Merujuk pada laporan keuangan terbaru, rugi bersih perusahaan ini per 30 Juni 2025 tercatat berkurang 60,2% secara year on year (yoy) menjadi sebesar Rp138,75 miliar. Sementara di tahun 2024, perseroan membukukan rugi sebesar Rp348,83 miliar.
Dari sisi top line, perseroan milik Keluarga Gelael ini membukukan pendapatan sebesar Rp2,40 triliun. Angka ini turun 3,12% ketimbang 2024 yang sebesar Rp2,48 triliun.
Pendapatan ini ditopang dari segmen pihak ketiga makanan dan minuman sebesar Rp2,39 triliun, komisi atas penjualan konsinyasi sebesar Rp9,37 miliar, serta jasa layanan antar Rp855,98 juta.
Di sisi lain, beban pokok penjualan perseroan ikut melandai menjadi Rp961,44 miliar. Angka ini turun tipis dari tahun lalu yang sebesar Rp1,06 triliun.
Posisi nilai aset perseroan pada tengah tahun tercatat sebesar Rp4,10 triliun. Aset ini meningkat dari tahun lalu yang sebesar Rp3,53 triliun.
Sementara posisi liabilitas dan ekuitas FAST masing-masing tercatat sebesar Rp3,97 triliun dan Rp129,95 miliar.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emiten KFC Rugi & Modal Kerja Minus, FAST Minta Duit ke Salim & Gelael
