Ada Bayang-Bayang Oversupply, Harga Minyak Dunia Tetap Menguat

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, Srealm Indonesia
03 October 2025 12:35
minyak dunia
Foto: minyak dunia

Jakarta, Srealm Indonesia - Harga minyak dunia beringsut naik pada perdagangan Jumat (3/10/2025) pagi waktu Indonesia. Penguatan terjadi di tengah sentimen beragam, mulai dari rencana OPEC+ menambah pasokan hingga kekhawatiran melemahnya permintaan global.

Mengutip Refinitiv, pada Jumat pukul 10.05 WIB harga minyak mentah berjangka Brent (LCOc1) tercatat di US$64,36 per barel, naik tipis dari penutupan Kamis di US$64,11. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI/CLc1) menguat ke US$60,73 per barel, dibandingkan sebelumnya US$60,48.

Meski harga masih bertahan di zona positif, pasar dibayangi kabar bahwa OPEC+ berencana meningkatkan produksi minyak hingga 500.000 barel per hari (bpd) pada November 2025, atau tiga kali lipat dari tambahan Oktober. Saudi Arabia disebut ingin merebut kembali pangsa pasar global lewat strategi pasokan yang lebih agresif.

Analis JPMorgan menilai September menjadi titik balik, dengan pasar minyak kini menuju surplus besar pada kuartal IV-2025 hingga tahun depan. "Potensi peningkatan suplai OPEC+, ditambah perlambatan operasi kilang global karena pemeliharaan serta turunnya permintaan musiman, akan mempercepat akumulasi stok minyak," tulis JPMorgan.

Firma riset HFI Research juga memperingatkan tren serupa. "Inventori minyak AS dan global akan meningkat hingga akhir tahun. Dengan ekspor OPEC+ yang lebih tinggi, hasil akhirnya adalah lingkungan pasar minyak yang tetap lemah," tulis mereka.

Data Energy Information Administration (EIA) terbaru menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin, dan distillate AS naik pekan lalu seiring menurunnya aktivitas kilang dan permintaan. PVM Energy menambahkan, proyeksi permintaan minyak dunia juga terus direvisi turun sekitar 150.000 bpd sejak Januari hingga September 2025.

Namun, sejumlah faktor menahan pelemahan harga lebih dalam. Kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan Rusia kembali muncul setelah G7 berjanji memperketat tekanan terhadap Moskow. Amerika Serikat bahkan akan membantu Ukraina dengan intelijen untuk menargetkan infrastruktur energi Rusia.

"Pasar kembali khawatir pasokan minyak Rusia bisa terganggu. Tapi selama belum ada gangguan nyata, dampaknya pada harga masih terbatas," ujar Giovanni Staunovo, analis komoditas UBS.

Selain itu, stockpiling dari China sebagai importir minyak terbesar dunia juga menahan penurunan harga lebih jauh. Colonial Pipeline pipa bahan bakar terbesar di A juga sudah kembali beroperasi usai mengalami gangguan teknis sehari sebelumnya.

Dengan dinamika ini, penguatan harga minyak saat ini masih rapuh. Pasar berada di persimpangan antara dorongan geopolitik yang mendukung harga dan risiko oversupply yang menekan prospek jangka menengah.

CNBC Indonesia 


(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OPEC+ Umumkan Kesepakatan Baru, Siap-Siap Harga Minyak Turun!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular