
NEWSLETTER
Perang Dagang dan Harga Minyak Hantui IHSG
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, Srealm Indonesia
03 April 2018 05:58

- IHSG ditutup menguat 0,83% pada perdagangan kemarin.
- Bursa Asia bergerak terbatas.
- Wall Street anjlok cukup dalam.
Jakarta, Srealm Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan kemarin. Untuk hari ini, risiko datang dari kembalinya isu perang dagang dan koreksi harga minyak.
IHSG ditutup menguat 0,83% ke 6.240,57 poin pada perdagangan kemarin. Transaksi berlangsung kurang semarak, hanya Rp 6,03 triliun dengan volume sebanyak 7,66 miliar saham.
Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 354.998 kali. Delapan sektor saham ditutup naik, sementara dua lainnya yaitu agrikultur dan industri dasar terkoreksi masing-masing 0,66%.
Secara sektoral, penguatan IHSG dipicu oleh kenaikan harga saham emiten barang konsumsi yang menguat 1,56%. Investor nampak gencar memburu saham-saham sektor barang konsumsi setelah rilis data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.
Sepanjang Maret, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,2% bulanan, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun Srealm Indonesia sebesar 0,12%. Sementara itu, inflasi secara tahunan berada di 3,4%, juga di atas konsensus yang sebesar 3,32%.
Tekanan inflasi pada bulan lalu datang dari pos bahan makanan dan makanan jadi yang masing-masing memiliki andil sebesar 0,05% dan 0,04%. Hal tersebut lantas diartikan sebagai sebuah sinyal bangkitnya daya beli masyarakat Indonesia.
Sisi negatifnya, investor asing masih melakukan aksi jual bersih senilai Rp 243,96 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing di antaranya BBRI (Rp 6,99 triliun), ASII (Rp 4,32 triliun), TLKM (Rp 4,1 triliun), HMSP (Rp 2,22 triliun), dan UNVR (Rp 2,16 triliun).
Penguatan IHSG terjadi di tengah bursa saham kawasan regional yang bergerak variatif tetapi dalam terbatas. Indeks Nikkei 225 turun 0,31%, SSEC melemah 0,16%, KLCI terkoreksi 0,27%, dan Kospi minus 0,07%. Namun Straits Times berhasil naik 0,08% dan SETi bertambah 0,29%.
Tipisnya pergerakan bursa saham Asia disebabkan kembali munculnya risiko perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Mulai kemarin, China secara resmi mengenakan bea masuk baru terhadap 128 barang impor dari AS senilai US$ 3 miliar, termasuk daging babi dan buah-buahan. Langkah ini merupakan balasan atas pengenaan bea masuk baja dan aluminium oleh AS.
Kemudian, pada pekan ini pemerintahan AS dijadwalkan untuk merilis daftar barang-barang impor asal China senilai US$ 50 miliar yang akan dikenakan bea masuk baru. Rencananya, sasaran dari kebijakan ini adalah barang-barang berteknologi tinggi.
Selain itu, sentimen negatif bagi bursa regional juga datang dari rilis data ekonomi di Jepang. Indeks manufaktur (survei Tankan) kuartal I-2018 Negeri Sakura tercatat sebesar 24, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 25. Hal ini mengindikasikan terbatasnya ekspansi industri manufaktur besar di Jepang.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular