FOTO

Inovasi Anak Bangsa Unjuk Gigi di KSTI 2025: dari Popok Jadi Dinding,

Fergi Nadira, Srealm Indonesia
Jumat, 08/08/2025 20:10 WIB

Pameran KSTI 2025 ini menjadi etalase bagi berbagai perguruan tinggi dan institusi riset untuk menampilkan solusi teknologi.

1/6 Berbagai inovasi dan riset dipamerkan pada Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Ganesa ITB, Kota Bandung, Jumat (8/8/2025). (Srealm Indonesia/fergi)

Lebih dari 400 hasil riset dan inovasi teknologi karya anak bangsa dipamerkan dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang digelar di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung, Kamis (7/8). Pameran ini menjadi etalase bagi berbagai perguruan tinggi dan institusi riset untuk menampilkan solusi teknologi di bidang energi, pangan, kesehatan, pertahanan, hingga kecerdasan buatan. (Srealm Indonesia/fergi)

2/6 Berbagai inovasi dan riset dipamerkan pada Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Ganesa ITB, Kota Bandung, Jumat (8/8/2025). (Srealm Indonesia/fergi)

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengatakan, karya-karya yang ditampilkan mencerminkan potensi besar Indonesia dalam membangun kemandirian teknologi berbasis riset kampus dan kolaborasi industri. Ia berharap hasil riset ini tak hanya berakhir sebagai prototipe, tetapi dapat ditingkatkan menjadi produk industri berskala besar yang menjawab kebutuhan pembangunan nasional. (Srealm Indonesia/fergi)

3/6 Berbagai inovasi dan riset dipamerkan pada Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Ganesa ITB, Kota Bandung, Jumat (8/8/2025). (Srealm Indonesia/fergi)

“Jangan sampai SDM dan riset kita tidak nyambung dengan arah prioritas pembangunan. Kita ingin riset dan SDM kampus inline dengan kebutuhan industri,” ujar Brian. Pantauan Srealm Indonesia, sepanjang selasar Sabuga Ganesa ITB dipenuhi booth yang memamerkan hasil riset dari berbagai bidang. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah Katalis Merah Putih dari ITB yang mampu mempercepat proses produksi kimia secara efisien dan ramah lingkungan. Teknologi ini bahkan bisa mengolah sawit non-pangan menjadi bahan bakar bensin. (Srealm Indonesia/fergi)

4/6 Berbagai inovasi dan riset dipamerkan pada Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Ganesa ITB, Kota Bandung, Jumat (8/8/2025). (Srealm Indonesia/fergi)

Melalui pendekatan komunitas, tim pengembang mengumpulkan popok bekas yang kemudian disterilisasi, dicampur dengan serbuk jagung, dan dicetak menjadi balok modular. Hasilnya, ECO-BLOX mampu menahan tekanan hingga 14 MPa dan secara signifikan meredam panas sehingga menjadikannya cocok untuk bangunan tropis. (Srealm Indonesia/fergi)

5/6 Berbagai inovasi dan riset dipamerkan pada Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Ganesa ITB, Kota Bandung, Jumat (8/8/2025). (Srealm Indonesia/fergi)

ITS juga memperkenalkan alat kesehatan noninvasif seperti IHEART, ICHOL, dan IGLUCO yang memungkinkan pengukuran kesehatan tanpa jarum suntik. Dari ranah pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB) membawa beras analog rendah glikemik berbasis jagung untuk penderita diabetes, sementara ITB menampilkan teknologi penyimpanan buah berteknologi nano yang mampu memperpanjang kesegaran dua kali lebih lama.  (Srealm Indonesia/fergi)

6/6 Berbagai inovasi dan riset dipamerkan pada Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Ganesa ITB, Kota Bandung, Jumat (8/8/2025). (Srealm Indonesia/fergi)

Di bidang digitalisasi, ITS menghadirkan Rissa, sistem layanan publik berbasis AI, dan Universitas Indonesia memperkenalkan Game-Based Assessment, metode pengukuran kemampuan dengan pendekatan gim. ITB juga membawa Hepamatch, biosensor portable untuk deteksi biomarker Hepatitis B. Adapun Universitas Padjadjaran menawarkan serat rami sebagai alternatif tekstil, diolah melalui teknologi biodegumming berbasis fungi. (Srealm Indonesia/fergi)